Apa Kabar Kehidupan Bertetangga Kalian?

Postingan pertama yang aku tulis di blog ini adalah tentang tetangga, why? Entah, karena hanya itu yang terlintas dipikiranku saat ini. Ya, tetangga salah satu yang membuat aku insecure dan faktor yang membuat aku mengalami gangguan kecemasan selain faktor penunjang yang lainnya. Adakah diantara kalian yang sama dengan yang aku alami?

Disclaimer : Blog ini adalah tempat aku mencurahkan setiap kecemasanku yang muncul secara randomly dan dan ga menentu tentang hal apapun.

Orang bilang, dengan menulis kita bisa sedikit mengobati atau healing jiwa kita yang terluka. Aku harap ini benar, karena sebenarnya aku sudah memulai pekerjaan sebagai blogger sejak 12 tahun yang lalu. Cukup lama, bukan? tapi itu hanya menulis sebatas pekerjaan, bukan curhatan.

Oke, balik lagi ke topik yang akan aku bahas tadi, yaitu "Tetangga". Aku pernah menemui tetangga toxic yang luar biasa cukup menghancurkan mentalku akibat perbuatan mereka yang ngerumpi ga tau waktu selama seharian dan dilakukan setiap hari dengan suara teriak-teriak sambil mengata-ngatai orang. Sepertinya, dari sana kecemasanku tentang tetangga mulai muncul dan aku pada dasarnya adalahseorang introvert akut. Hhhh... makin sulit lah keadaan, kan?

Sekarang aku sudah pindah ke lingkungan yang baru lagi, sebuah desa yang hampir menyerupai kota karena letaknya berbatasan dengan kota besar di kotaku. Aku tinggal di sebuah komplek yang sudah lama berdiri sehingga penduduknya bisa dikatakan sudah cukup padat. Besar harapanku tinggal di tempat yang baru ini agar bisa hidup damai dan tanpa gangguan tetangga toxic. Tapi ternyata aku salah besar.

Meskipun letak perumahan ini berbatasan dengan kota dan sangat ramai, ga meninggalkan kesan perilaku di desa umumnya bagi penduduknya. Yah, aku zonk lagi, dan tempat ini ternyata tidak cocok (lagi) untuk aku. Tempat ini memang ramai, tapi kegiatan ngerumpi ga selalu dilakukan alias ga tiap hari, tapi ada satu yang mengganjal dihati aku sebagai seorang pendatang yang sebenarnya aku juga berasal dari kabupaten ini juga sebelum menikah.

Orang-orang di tempat ini melakukan silent treatment terhadapku, agak ada diskriminasi kepada orang yang notabene baru atau ngontrak. Si introvert ini berusaha semaksimal mungkin di awal-awal kedatangan/pindahan. Memberi kue untuk beberapa tetangga yang harganya lumayan dan bagus, mencoba bertegur sapa sekali-sekali pas berpapasan dijalan, dan hal lainnya yangaku dan suami lakukan.

Entah, semuanya terasa sia-sia.. kami masih saja merasa diasingkan. Sebenarnya aku ga terlalu peduli akan hal itu karena sebagai introvert aku memanglebih suka sendirian, tapi tetap saja ada hal yang mengganjal di hati saat kami didiamkan bahkan sikap diskriminasi yang diterima.

Aku biasanya memang ga mengijinkan orang-orang asing yang entah itu orang komplek atau bukan, berada di wilayah sekitar rumahku dengan alasan memancing, tapi itu tempatku sendiri bukan tempat orang lain. Karena sebelumnya pernah aku biarkan dan mereka menjadi-jadi, bahkan sampai mencuri air kran untuk mengisi ember pancingannya, belum lagi memetik buah tanpa izin, dan membuang sampah sembarangan.

Selain hal tersebut aku ga mengizinkan siapapun untuk berkeliaran disekitar rumahku adalah alasan keamanan. Aku masih belum terlalu kenal orang-orang sini dan aku takut orang-orang ini hanya menyamar untuk memancing disamping rumah. Oh ya, masalah privasi juga, jika ada orang asing nongkrong disamping rumah kita maka semua yang kita ucapkan dan lakukan kemungkinan akan didengar oleh orang tersebut, rasanya kurang pantas dan sopan.

Daann parahnya lagi anak kecil pipis sembarangan didepan kamar kami di luar, tepat dibawah jendela dan otomatis bau pesing luar biasa masuk ke dalam kamar kami. Itulah alasan aku ga memberikan ijin untuk anak kecil bermain di halaman rumahku, mereka juga sering main lempar-lempar batu dan aku takt kena kaca jedelaku yang beru diganti, kalau itu pecah aku ga ada uang lagi untuk menggantinya dan minta tanggung jawab ke ortu mereka pastinya akan sulit dan ribet.

Orang berjualan sering sekali menutup halaman rumahku dari ujung kanan ke ujung kiri sampai kami ga memiliki akses untuk keluar masuk rumah kami sendiri di jam-jam tertentu. Kami pernah membiarkannya karena kasihan dengan mereka yang berjualan, aku juga pernah memberikan mereka makanan kotak dari resto terkenal di kotaku masing-masing dapat satu.

Tapi kok rasanya lama kelamaan mereka ini ngelunjak, sampah-sampah bekas jualan dibiarkan begitu saja dihalaman kami dan ga dibersihkan, sedangkan aku saat itu menyapu halaman setiap hari tiap pagi, jelas saja capek sekali. Kami kemudian menyuruh mereka pindah tempat jualan ke tempat lain, dan sepertinya orang komplek ga suka dengan hal yang kami lakukan tersebut.

Sejak ada kegiatan sekolah siang-sore dan banyak yang jualan didepan halaman rumahku, aku hampir ga pernah lagi tidur siang walaupun sangat ngantuk. Aku ga bisa bekerja untuk dubbing suara video atau merekam video terkait pekerjaan sejak jam 2 siang sampai jam 6 sore. Bayangkan.... sangattttt berisik, terkadang aku bertindak gila karena kepalaku serasa mau meledak, mereka seperti tidak menganggap kami ada dan semaunya ditempat kami, ga ada yang membela kami padahal itu rumah dan tempat tinggal kami.

Kadang kalau aku mood swing, aku sering menangis saja saat itu, membangkitkan semangat kembali untuk diri sendiri, kadang aku juga jalan ke tempat lain meninggalkan rumah bersama suami untuk refreshing di jam-jam tersebut, tapi ga bisa kami lakukan terus menerus karena juga memerlukan uang dan untuk bensin.

Memang miskin ga bisa apa-apa bahkan untuk melindungi diri ya...

Kami sering memiliki masalah keuangan,btw. Dan di komplek ini dalam setahun ada beberapa kali minta sumbangan ini itu, jumlahnya saat minta sumbangan minimal 50rb. Bagi kami khususnya suami yang menerima gaji 3 bulan sekali ini adalah masalah yang cukup berat apalagi kalau belum gajihan. Oh ya, gaji suamiku hanya 900rb/bulan, 500rb dia kasih ke aku untuk makan sehari-hari dan sisanya untuk bayar ini itu serta biaya bensin dia bekerja.

Di komplek ini aku rasa untuk bagi-bagi sesuatu kami selalu dilewatkan atau di skip, tapi untuk masalah sumbangan kami ga pernah di lewatkan, padahal rumah kami salah satu rumah paling tua dibanding yang lainnya karena ga pernah direnov. Biasanya juga kalau menyerahkan undangan acara tertentu mereka hanya meletakkannya di teras rumah kami tanpa pemberat yang bisa saja hilang tertiup angin, padahal aku ada didalam rumah tapi mereka ga memanggil sama sekali.

Pernah pula sekali ada yang menyerahkan undangan tapi di masukkan di bawah pintu, padahal jelas-jelas aku ada di dalam rumah dan lagi-lagi mereka ga memanggilku sama sekali. Sungguh sikap mereka sangat sopan karena mungkin ga mau mengagetkan aku hehehe

Pada akhirnya aku pasrah saja dengan keadaan ini, mungkin ini pelajaran buat aku agar bisa lebih supel untuk berteman dan bertegur sapa. Aku hanya bisa berdoa semoga suamiku mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dari sekarang dan kami bisa pindah ketempat yang sesuai dengan keinginan kami, Aamiin..

Sejauh ini aku hanya bisa bersabar dan menenangkan diri sendiri, bahkanaku kadang meminum obat anti depresan untuk menenangkanmental ku. Lelah rasanya seperti ini tapi kita juga ga bisa berharap orang lain mengerti keadaan kita yang sebenarnya dan berperilaku baik terhadap kita.

Kita hanya memiliki diri kita, maka dari itu jaga badan dan pikiran kita sebaik mungkin ya. Buat kamu yang disana, jangan menyerah.. tetap berjuang wahai pejuang mental. Next aku akan cerita random lagi tentang hidup dan kesehatan mental aku.


Terima kasih sudah menyempatkan membaca postingan aku <3


Komentar

  1. i really do, membaca perkalimat yang kamu tulis mba, salam kenal.
    Mungkin aku juga memiliki tetangga yang seperti itu, mungkin juga tidak tapi karena aku yang tidak biasa keluar rumah.

    Bisa dikatakan, tempat mba tinggal sekarang sangatlah toxic, mungkin ada baiknya suami mba bercerita tentang kegaduhan ataupun prilaku yang tidak sopan di area rumah mba, mungkin kepala desa bisa memberikan solusi yang terbaik.

    Btw mba, terlepas dari curhatanmu ini yang aku temukan secara random, aku suka dengan alur penulisannya tertata rapi dan terarah. Mungkin bisa dijadikan lahan untuk meraup rupiah.

    Salam kenal ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujian Terberat Sepanjang Hidup, Dimulai pada Bulan September 2022

Aku Merasa Tidak Diinginkan tapi Dibutuhkan