Aku Merasa Tidak Diinginkan tapi Dibutuhkan

Hallo.. Kamu pasti tau kalau aku menulis disini berarti sekarang keadaanku sedang tidak baik-baik saja. Aku selalu berusaha menutupinya dari orang sekitar, mencoba untuk tidak bercerita atau mengeluh karena menurutku itu adalah hal yang sia-sia. Kalaupun aku bercerita, mereka pasti punya cerita balasan yang mereka rasa lebih berat dari yang sedang aku hadapi. So, aku memutuskan untuk cerita disini saja karena aku bebas untuk menulisakan apa yang aku rasa tanpa di sangkal.

Saat ini aku merasa sangat bingung tentang hubunganku dengan orang tuaku, jika diceritakan akan sangat panjang dan aku ga sanggup menuliskannya disini. Semua trauma dan inner child yang aku alami bermula sejak aku kelas 5 SD,. Ya, saat aku memiliki adik pertamaku, sejahk saat itu kasih sayang dan perhatian orang tua menjadi sangat-sangat berkurang untukku, sebaliknya, murka mereka selalu bertambah untukku, saat mereka capek atau lelah, mereka melampiaskannya kepadaku.

Pun begitu saat adik-adikku rewel, aku ikut dimarahi, aku bertanggung jawab untuk menjaga mereka sampai-sampai aku tidak bisa tidur siang sama sekali dan tidak fokus belajar karena rumah seperti neraka yang teriakannya serasa dapat memecahkan gendang telingaku. Aku mencoba bertahan dan menerima semua keadaan yang bahkan anak seusiaku saat itu belum mengerti apa-apa dan belum tentu menanggung tanggung jawab itu semua. Bukankan mereka yang menginginkan anak? Kenapa aku diperlakukan kasar terlebih setelah aku memiliki 2 adik.

Belum lagi trauma lain yang membuat aku rusak hingga sekarang. Rumah yang tidak pernah harmonis, komunikasi yang buruk antara abah, mama, hingga anak-anaknya membuat rumah terasa neraka. Aku sangat tidak betah berada di rumah saat itu, tapi aku tidak memiliki daya untuk keluar dari sana bajkan aku tidak bisa bekerja ditempat yang aku inginkan selain yang diinginkan abah yaitu menjadi PNS atau Guru, sesuatu yang aku tidak sukai.

Diusia yang sekarang menginjak 34 tahun aku mulai hopless dalam hal pekerjaan, aku hanya bergantung pada suamiku yang gajihnya juga tidak besar, namun paling tidak aku bisa hidup damai bersamanya walaupun kami kadang-kadang serba kekurangan. Tapi layakkah orang seperti kami mengeluh saat tidak memiliki uang kepada orang lain? maksudnya, kami hanya hidup berdua dan tidak memiliki anak.

Aku putuskan untuk mengurangi mengeluh kepada siapapun termasuk kepada orang tuaku. Kami hanya bisa berkeluh kesah berdua saja dan berharap Allah akan membantu kami dari arah mana saja. 

Setelah aku menikah keadaan tak jua membaik, hubunganku dengan orsng tua memburuk, aku tidak mengerti maksud mereka ingin bagaimana, aku tidak bisa membagi pikiranku yang hampir penuh dan memori yang terbatas ini menjadi 2 bagian tanggung jawab, aku sangat kesulitan mengontrol mental dan emosiku saat ini. Jika aku tau akhirnya seperti ini mungkin aku tidak akan memutuskan untuk menikah saja.

Aku sekarang berfikir kalau rumah tangga dan suamiku adalah proiritasku saat ini karena aku adalah seorang istri yang hidupnya di tanggung oleh suami, yang perhatiannya diberikan oleh suami dan aku mendapatkan kasih sayang penuh dari suami. Aku kesulitan membagi tenaga dan pikiran saat aku disodori permasalahan dari pihak orang tuaku yang tak pernah kunjung selesai yang bahkan membuat aku terkadang ingin mati saja.

Sama seperti halnya abah, sejak dulu sekali sejak abah masih sehat dan bugar, aku selalu mengingatkan abah kalau jangan merokok, jangan merokok saat aku sedang makan, at least lihatlah aku sebagai anak yang kesehatannya akan terimbas akibat asap rokok yang memenuhi ruangan rumah setiap hari sejak aku masih kecil hingga besar.

Apa jawaban abah kala itu? "Nah, ikam berokok nah!"

Hati anak mana yang tidak hancur mencengar hal seperti itu? Bagaimana dengan sekarang? abah merasakan akibatnya kan? bagaimana rasanya apakah merasa bersalah atau menyesal? tentu tidak. karena sampai saat ini setiap abah sakit selalu mencari-cari kesalahan aku, kadang mengata-ngatai aku dan suamiku ke orang lain dengan hal macam-macam. abah pikir aku tidak tau? mungkin abah ingin sekali melihat hidupku hancur termasuk rumah tanggaku. tidak suka melihat aku bahagia bahkan sampai sekarang pun aku belum merasakan apa itu bahagia.

Ma.. Bah.. aku lelah sekali, saking lelahnya aku selalu bermimpi yang sama selama bertahun-tahun dan mengigau sambil teriak menangis-nangis, hanya ingin bilang "ulun uyuh" aku hanya ingin dimengerti dan jangan dimarahi lagi. tapi itu hal yang mustalil bagi kalian. aku hanya seorang anak yang tidak pernah memenuhi ekspektasi kalian yang sangat tinggi.

Aku hanya seorang anak yang tidak memiliki kelebihan sampai-sampai kalian merasa malu memilikiku, karena aku tidak memiliki kelebihan, maka kalian memaafkanku jika aku kalian manfaatkan, datang saaat kalian ussah dan melupakanku saat kalian senang.

Selama aku menikah dan tinggal dirumah mertua, kalian sangat jarang datang kerumah untuk menjengukku, sedangkan iparku yang lain orang tuanya selalu rutin datang bersilaturrahmi ke rumah mertuaku untuk menjaga hubungan baik mereka. aku merasa seperti anak ayam yang dilepas dari kandang dan tidak pernah dicari lagi. aku dioanggil saat akan dipotong saja.

kalian hanya menelponku saat abah masuk rumah sakit. taukah kalian setiap sehabis aku menerima telpon itu aku menangis dan meratap? seolah permasalahnku tidak pernah ada habisnya sedangkan tenagaku dan mentalku sudah tergerus.

Kalian hanya mengajari kemadirian kepadaku, tidak dengan adik yang lain terlebih kepada yang laki-laki yang seharusnya memiliki tanggung jawab yang lebih banyak terhadap orangtua. karena anak perempuan setelah menikah adalah mikik suaminya. setelah ini, masalah apalagi yang akan kalian wariskan kepadaku setelah kalian tiada? oh tidak, mungkin saja aku yang lebih dulu berpulang daripada kalian.

jika kalian membaca tulisaku ini, artinya bisa saja aku sudah tidak ada atau aku dengan suka rela memperlihatkan tulisan ini kepada kalian karena tidak bisa lagi menjelaskan bagaimana perasaanku saat itu. itu artinya aku menyerah..

Sepertinya dengan begini jalan hidupku tidak akan pernah mudah karena orangtuaku menganggap aku anak yang tidak baik, ya, karena sejak aku kecil khususnya saat aku terlah memiliki adik, aku selalu mendapat sumpah serapah dari mulut mama sampai-sampai aku ingat apa yang beliau ucapkan kepadaku : "lihati ha kena kam ngalih beranak". aku lupa kesalahan apa yang telah aku perbuat hingga aku layak mendapatkan sumpah seperti itu dari ibuku yang harusnya mendoakan doa terbaik untuk anaknya.

seingatku, aku anak yang suka bersih-bersih, menyapun, cuci baju sendiri, mencuci piring, dll. kecuali memasak, karena mama tidak akan memakan masakaku. beruntungnya aku bertemu dengan mertuaku yang sekarang yang mau memakan masakanku dengan senang hati dan selalu mengatakan "enak". aku sangat merasa dihargai.

abah, masih ingat abah selalu mengatakan kalau bukan karena anak-anak, abah sudah lama meninggalkan rumah ini? saat itu abah masih sehat bugar dan saat itu dalam hatiku berkata : "kenapa tidak abah tinggalkan saja kami semua? aku juga sudah eneg dengan bersatunya kalian yang membuat rumah seperti neraka.

rupanya hal tersebut membuat hati abah goyah dan mencari perhatian lain di sosmed berujung selingkuh dengan wanita lain. abah tau kalau aku sudah mengetahui itu sejak lama jauh sebelum mama mengetahui itu semua, tapi aku rahasiakan karena aku tidak mau mama sedih dan sakit hati karena perbuatan abah. sebelumnya aku selalu memperhatikan gerak gerik dansikap abah dirumah, abah jadi temperamen, tidak pernah lagi sholat wajib dan sholat jumat, dan selalu marah-marah seolah sedang mencari alasan masalah untuk bisa berceraidan meninggalkan kami.

aku masih sabar saat itu melihat tingkah abah sebelum mama mengetahui hal sebenarnya, dan abah mau tau apa perasaanku saat itu? "jijik". sejak saat itu aku tidak respect lagi dengan abah dan itu juga memunculkan trauma untuk anak mu ini terhadap laki-laki dan rumah tangga.

abah berhutang maaf kepada kami semua dan sampai hari aku menulis ini tidak ada kata maaf yang sampai ke telinga kami, tapi setiap abah sakit selalu memarahiku atau mengatai suamiku. shame on you.

ohya, abah mau tau trauma apa yang muncul? aku jadi kelebihan berfikir sehingga membuat aku stress dan berfikir tidak normal, seperti : mama yang pandai, cantik, pintar cari uang dan membantu ekonomi keluarga serta bisa memberikan keturunan saja bisa membuat seorang suami berpaling dan selingkuh. suami mencari perhatian disosmed dan chatting sepuasnya dengan wanita lain sambil mengatakan kata-kata rayuan. apalagi aku yang memiliki kondisi terbatas ini? anak saja aku tidak bisa memberikan, aku tidak bekerja dan kondisi badanku lemah, apakah mungkin suamiku juga akan melakukan hal yang sama dengan yang abah lakukan dulu terhadap mama?

sewaktu aku sakit di rumah sakit saja kalian berdua tidak betah menunggu aku, apalagi mama yang sok sibuk dengan pekerjaannya sampai-sampai dalam 2 minggu hanya datang 2 kali saja seperti tamu. abah dan mama mertuaku membuat aku menangis karena mereka yang usianya sudah renta datang berdua naik motor ke rumah sakit setiap hari untuk menggantikan suamiku menjagaku sembari dia bersih-bersih dan istirahat di rumah. 

setiap aku mengingat itu aku selalu ingin menangis.. sepeduli itukah mereka terhadapku? sepenting itukah aku bagi mereka? seolah selama ini aku berpikir aku adalah seorang buangan dan tidak akan ada yang perhatian denganku.. terima kasih mama abah mertua.. sulit rasanya menemukan hubungan tidak sedarah tapi memperhatikanku dengan berlimpah..

semoga aku bisa bertahan sampai akhir..

jika bunuh diri adalah hal dosa, semoga memilih bertahan hidup dihisap sebagai pahala untukku.. setidaknya tidak sia-sia aku bertahan hidup walaupun jalan surgaku tidak mudah aku capai karena tanpa doa dari kedua orangtua..

Komentar

  1. Hi strong girl .. i donk know gimana yang kamu rasain saat ini, aku harap kamu sudah pulih dan terus kembangkan senyum. Memang empatiku mungkin tidak bisa merasakan bagaimana yang kamu rasakan saat menulis artikel ini. But i have to guaranted something,, you will be happy with your self , you are beautiful darl, you will be fine, just through it dengan hati lapang yaa... sedih boleh, itu tak masalah tapi jangan menyerah ya

    if u did not tell anyone about this, so make sure you will be okay dengan kehidupan yang di jalani saat ini. Jangan putus asa ya.. Setiap tulisanmu yang kamu tuang mempublish ini. membuat aku sadar, betapa aku harus melewati ujian yang menurutku berat tapi aku tidak sendirian.

    BalasHapus
  2. Aku baru baca tulisanmu. Aku yakin, mungkin ini cara Tuhan untuk membuatmu naik kelas. Ujian untuk diangkat derajatnya. Insya Allah. Tulisanmu menyadarkanku, bahwa tiap orang punya masalahnya masing-masing dan kita tidak pernah tau bagaimana kondisi masalah orang lain sesungguhnya. Keep semangat ya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ujian Terberat Sepanjang Hidup, Dimulai pada Bulan September 2022

Apa Kabar Kehidupan Bertetangga Kalian?